Ondel – ondel Menjadi Sejarah Kemajuan Jakarta – merupakan salah satu ikon masyarakat Betawi yang tak pernah absen dari berbagai perayaan di wilayah Jakarta. Figurnya sangat khas dan unik, boneka besar berwarna mencolok dan dihias indah dengan beragam aksesoris dan biasa dipentaskan berpasangan.
Kendati masih belum diketahui pencipta asli boneka besar ini, tapi catatan historis menunjukkan keberadaan ondel-ondel. Ini menyusul berdasarkan catatan historis buku catatan perjalanan pedagang Inggris bernama W. Scot yang mengungkap, ondel-ondel sudah ada sebelum 1.600 Masehi.
Semula ondel – ondel dikenal dengan nama barung yang kemudian berubah menjadi barongan yang diartikan dalam bahasa Betawi yaitu sekelompok orang. Melansir Ondel-ondel Kekinian: Boneka Besar Betawi di Zaman Modern, sejatinya barongan selalu dimainkan sekelompok dan tak bisa dimainkan sendiri.
Sementara merujuk dari bahasa Betawi yang dimaksud yaitu barengan atau bareng-bareng yang berasal dari ungkapan ajakan dalam logat Betawi yaitu “nyok kita ngarak bareng – bareng”.
Perubahan barongan menjadi ondel- ondel disebabkan oleh seorang seniman Betawi, yaitu almarhum Benyamin Sueb yang melantunkan tembang ondel – ondel. Awalnya, Bang Ben sendiri tidak berniat untuk mengubah sebutan barongan terhadap boneka Betawi tersebut. Akan tetapi, ketika lagu ondel-ondel yang dilantunkannya terkenal di masyarakat membuat barongan menjadi lebih dikenal dengan nama ondel-ondel.
Awal Mula
Pada awalnya, ondel – ondel dianggap sebagai leluhur yang dapat menjaga penduduk sebuah desa dan metafora leluhur sebagai pelindung. Masyarakat tempo dulu masih mempunyai pemikiran dan kepercayaan terhadap berbagai hal yang berbau mistis yang kemudian boneka ondel – ondel dijadikannya sebagai perantara roh- roh nenek moyang dengan mereka.
Menariknya, penampakan ondel-ondel zaman dulu sama sekali berbeda dengan yang sekarang. Ondel-ondel tempo dulu mempunyai bentuk wajah yang cenderung seram dan bercaling, berambut gondrong dan berantakan dengan boneka berukuran yang lebih besar dibanding ondel-ondel saat ini.
Melansir Strategi Mempertahankan Budaya Ondel-ondel dalam Revitalisasi Kebudayaan Betawi (2014), ondel-ondel Betawi sendiri mempunyai dua bagian, yaitu bagian badan dan kepala. Pada bagian kepala ondel-ondel terdapat lukisan yang bertema fauna dan flora seperti naga, bunga delima, burung merak, dan semanggi.
Selain itu juga, pada kepala ondel-ondel terdapat kembang kelapa, kumpulan dari kembang kelapa. Tak asal kembang sebagai hiasan, kembang kelapa diartikan pada abad ke lima belas Kota Jakarta yang mempunyai nama Sunda Kelapa karena sebagian wilayahnya adalah perkebunan dari kelapa.
Sementara pada bagian wajah, boneka ondel-ondel laki-laki mempunyai warna merah sebagai lambang dari keberanian, kekuasaan, ego yang keras, dan kekuatan. Pada bagian pakaiannya, mereka memakai ujung serong atau sadaria.
Ondel-ondel perempuan mempunyai warna putih yang melambangkan keramahan, kesucian, keanggunan,dan kelembutan. Sedangkan pada perempuan menggunakan kebaya encim dengan bawahan berupa sarung jamblang.
Pada acara resmi, ondel-ondel perempuan biasanya menggunakan selendang di bahu dengan motif fauna atau flora, sedangkan ondel-ondel laki bermotif kotak-kotak.